Sunday, February 20, 2011

RUMAH HEMAT ENERGI

Pada artikel kali ini, saya tertarik untuk membahas rumah hemat energy, tetapi tetap terasa nyaman. Baru-baru ini Presiden Soesilo Bambang Yudoyono menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi yang diadakan di negara Denmark.


Di dalam konferensi tersebut disebutkan bahwa ancaman global warming bukan hanya isapan jempol belaka. Diharapkan negara-negara maju dan berkembang dapat bekerjasama untuk mengatasi masalah ini.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih memiliki hutan tropis yang luas diharapkan mampu memberi andil dalam mengurangi efek yang ditimbulkan oleh global warming.


Tanpa kita sadari pemakaian listrik dan perangkat listrik di rumah anda, cukup memboroskan energi dan turut menyumbang terhadap pemanasan global. Untuk itu, mari sama-sama berhemat energi yang dimulai dari rumah anda sendiri.
Misalnya, dengan memberikan cahaya yang cukup di setiap sudut rumah sepanjang hari, sehingga tidak perlu menyalakan lampu. Akan tetapi, cahaya matahari juga menghasilkan panas, untuk itu perlu dikelola agar tercapai temperatur ideal sekitar 25º, agar anda tetap dapat melakukan aktivitas di dalam rumah dengan nyaman.
Sebagian dari anda mungkin sudah membayangkan membaca buku kesayangan anda dengan lampu remang-remang di malam hari, memakai kaos singlet di siang hari sambil tetap kipas-kipas mencari angin.


Apalagi ditambah hanya mandi 1 kali sehari, memasak sayur dan lauk pauk ½ matang, demi menghemat gas dan seterusnya. Tidak perlu serumit dan seekstrim itu, yang penting energi yang anda gunakan dapat seefektif dan seefisien mungkin.
Di rumah, anda bisa menerapkan pola hidup hemat energi melalui pemanfaatan sumber energi alternatif, seperti angin dan cahaya alami. Selain itu, kebijakan anda dalam memilih dan menggunakan peralatan yang menggunakan listrik sangat menentukan.
Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki suhu udara dan kelembaban rata-rata yang relatif tinggi, yakni di atas 30º C dengan kelembaban (RH) mencapai 80%. Hal inilah yang menyebabkan banyak diantara kita yang lebih menyukai pendingin ruang / AC untuk mendapatkan rasa nyaman secara instan di dalam rumah.


Selain membuat listrik anda tambah boros, energi panas yang dihasilkan oleh pendingin ruang biasanya tidak diolah lagi dan langsung dilepaskan ke alam, sehingga dapat mneyebabkan pemanasan global. Suhu dan kelembaban didalam rumah yang relatif tinggi, dapat diturunkan secara alami, melalui pendekatan desain arsitektur tropis.


Selain dilakukan dengan memanfaatkan potensi lingkungan seperti angin, bisa juga melalui pengolahan material untuk mengantisipasi panas akibat radiasi matahari.
Salah satu cara untuk mengendalikan suhu dalam rumah anda yaitu dengan mengatur masalah pengudaraan. Dalam serial rumah ’Rumah Hemat Energi’ (PT. Gramedia, 2007), dijelaskan bahwa ada 9 hal yang perlu anda perhatikan dan bisa ditambahkan ke dlaam rumah anda, untuk menghasilkan kenyamanan yang optimal, yakni :


1.Ventilasi silang, untuk menciptakan perbedaan tekanan udara sehingga udara bisa mengalir.
2.Ventilasi dan insulasi atap, untuk mengurangi panas pada bagian atap dan dibawahnya.
3.Menara angin, untuk menghisap dan menangkap angin sehingga udara senantiasa bersirkulasi.
4.Plafon tinggi, agar udara bisa lebih bergerak bebas.
5.Material dan kemiringan atap.
6.Menggunakan lebih banyak material alam.
7.Warna terang pada dinding rumah.
8.Menghadirkan teras.
9.Membuat teritisan.


Selain 9 solusi tadi, ada solusi lain yang bisa anda lakukan agar suhu udara dalam rumah anda mencapai 24º-26ºC dengan kelembaban 50%-60%, yakni dengan memberikan lebih banyak ruang-ruang yang terbuka, menghindari efek rumah kaca dan memperbanyak tanaman hijau.


Jika suhu dan kelembaban ideal seperti diatas sudah tercapai, berarti rumah anda sudah masuk kategori nyaman yang diterima secara internasional.
Kemudian bagaimana dengan pengelolaan cahaya alami, agar rumah anda hemat energi? Karena pengelolaan cahaya yang tepat akan mengurangi kebutuhan listrik untuk penerangan terutama di siang hari.


Hal ini bisa disiasati dengan mendesain bukaan yang tepat pada rumah anda, melalui penempatan bukaan yang sesuai dengan fungsi ruang, bukaan jangan berlebihan tetapi disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan demikian anda akan memiliki rumah hemat listrik.


Ada yang mau menambahkan?

MEMBANGUN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Rumah layak huni ternyata belum tentu rumah sehat. Pendapat tersebut mungkin saja saja benar. Apalagi apabila anda hanya melihat rumah dari segi fisik bangunan yang kokoh, megah bahkan bertingkat yang menjadi ciri bahwa rumah tersebut sangat layak huni dan orang yang berada yang memilikinya.
Tetapi jika anda melihat, di dalam rumah yang layak huni tersebut ternyata ada beberapa orang yang tidak sehat karena kurangnya sirkulasi udara dalam rumah, ironis sekali hal tersebut.
Kebutuhan rumah sederhana sehat meliputi :

1. Kebutuhan minimal masa dan ruang

Kebutuhan tersebut dilihat dari aktivitas yang terjadi di dalam rumah anda, seperti tidur, makan, mandi, masak dan lain sebagainya dengan melihat ukuran estándar manusi dalam melakukan pergerakan paling nyaman.
Dan ternyata setelah dikaji kebutuhan ruang per orang adalah minimal 9m2, yang artinya apabila di dalam rumah anda ada ruang yang lebih kecil dari 9m2 bukan berarti ruang tersebut tidak dapat digunakan hanya saja menjadi tidak nyaman bagi anda untuk beraktivitas. Coba anda rasakan!

2. Kebutuhan kesehatan dan kenyamanan

Kesehatan dan kenyamanan dalam rumah anda didapatkan dari aspek pencahayaan, penghawaan serta suhu dan kelembaban udara. Sebagai contoh apabila anda menempatkan jendela pada bagian barat maka efek panas yang didapat akan sangat berlebih, dan bahkan bisa merusak perabot anda.
Jika dibandingkan dengan penempatan pada sisi utara dan selatan akan menghasilkan tingkat pencahayaan yang cukup baik dan tidak berakibat menyilaukan, yang akan mengganggu kenyamanan anda. Lubang penghawaan juga tidak kalah penting, ada perhitungan tersendiri agar menghasilkan sirkulasi udara yang baik.
Lubang penghawaan minimal 5% dari luas lantai. Seringkali anda lihat bahwa lubang penghawaan dapat diminimalkan dengan penggunaan AC. Pendapat tersebut sangat keliru, apalagi di era kampanye eco-housing sekarang ini.
Bukan kenyamanan yang akan anda dapatkan tetapi justru perputaran udara kotor yang dapat masuk ke sirkulasi tubuh anda. Ngeri juga kan akibatnya?

3. Kebutuhan minimal keamanan dan keselamatan

Lebih banyak berbicara pada struktur bangunan maupun estetikanya, seperti pondasi, dinding, atap, lantai, langit-langit maupun talang. Ada standar dan campuran yang harus anda jadikan pedoman dalam pembangunan rumah, apalagi ditambah adanya isu kebencanaan yang dalam tahun ini saja sudah melanda beberapa tempat.
Dan memang segala sesuatunya harus dilakukan paling tidak dari rumah anda sendiri dan lingkungan disekitar anda. Sudahkan rumah layak huni anda memenuhi kriteria rumah sehat bagi anda dan keluarga ? Semoga sudah.